Langsung ke konten utama

Unggulan

Dizii AF - Tugas Rangkuman Farmakoterapi 2 " Angina Pectoris "

  “ ANGINA PECTORIS ” Sejarah dan Pengertian Angina                Sejarah medis menunjuk pada penyebutan pertama angina pektoris pada tahun 1772 oleh William Heberden selama presentasi makalahnya yang berjudul 'Some account of the disorders of the breast' di Royal College of Physicians di London (Zhou dkk., 2005). Angina pektoris adalah gejala utama dari Sindrom Koroner Akut (ACS) yang mengarah ke Penyakit Jantung Koroner (PJK). Patofisiologi SKA dimulai dengan terbentuknya aterosklerosis pada arteri koroner yang memberikan vaskularisasi ke otot jantung. Adanya aterosklerosis menyebabkan vasokonstriksi dan pembentukan trombus arteri koroner yang dapat mengganggu perfusi miokard. Iskemia dan nekrosis otot miokard menyebabkan nyeri dada, perubahan listrik miokard dan sekresi protein jantung. Sindrom koroner akut terdiri dari Angina Tidak Stabil (UA) dan Infark Miokard Akut (IMA), yang meliputi Infark Miokard Elevation NonST (NSTEMI) dan I...

Tugas Kelompok Teknologi Informasi Pertemuan ke 4

 Penyuluhan Tentang Obat-obat Diabetes Melitus


Disusun Oleh :

                                                        Adi Fauzi                         (190105001)

                                                        Afnida Dwi Lestari         (190105002)

                                                        Anugrah Krisna Egi S     (190105013)

                                                        Khalda Arij Raihan         (190105060)

                                                        Mia Cornelia Chandra     (190105072)

 

Pengertian Diabetes Melitus

            Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan glukosa darah tinggi serta metabolisme lemak dan protein yang berubah yang disebabkan oleh sekresi insulin, aksi insulin (sensitivitas), ataupun keduanya. Diabetes melitus dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga, gangguan metabolisme glukosa, dan gaya hidup.

 

Jenis-jenis Diabetes Melitus

1. Diabetes Melitus tipe 1

            adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Padahal, insulin dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Kondisi ini lebih jarang terjadi dibandingkan DM tipe 2. Umumnya, diabetes tipe 1 terjadi dan ditemukan pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada usia berapa pun. Diabetes tipe 1 kemungkinan besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas (autoimun). Kekeliruan sistem imun pada tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan paparan virus di lingkungan. Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan jenis diabetes ini berisiko tinggi terkena penyakit ini. Sering kali penderita DM tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk mengendalikan gula darahnya.

2. Diabetes Melitus tipe 2

        Jenis diabetes ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Mengutip dalam laman CDC, diperkirakan sekitar 95 persen kasus kencing manis adalah diabetes tipe 2. Secara umum, jenis diabetes ini dapat menyerang siapa saja pada semua kalangan usia. Namun, diabetes tipe 2 biasanya lebih mungkin terjadi pada orang dewasa dan lansia karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak dan kelebihan berat badan. Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang sensitif merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan resistensi insulin. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah menjadi energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam darah. Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien perlu menjalani polah hidup diabetes yang lebih sehat, seperti mengatur pola makan dan memperbanyak aktivitas fisik. Dokter juga mungkin akan memberikan obat diabetes untuk menurunkan gula darah yang tinggi dalam perawatan DM tipe 2. Tidak seperti DM tipe 1 yang memerlukan tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin tidak umum dilakukan untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe 2.

3. Diabetes tipe 3

            Diabetes tipe 3 adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya suplai insulin ke dalam otak. Minimnya kadar insulin dalam otak dapat menurunkan kerja dan regenerasi sel otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer sendiri termasuk ke dalam penyakit neurodegeneratif atau penurunan fungsi otak yang terjadi secara perlahan akibat berkurangnya jumlah sel-sel otak yang sehat. Kerusakan sel otak tersebut ditandai dengan penurunan kemampuan berpikir dan mengingat. Suatu studi dari jurnal Neurology menunjukkan risiko Alzheimer dan demensia bisa berkali lipat lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan individu yang sehat. Dijelaskan dalam studi tersebut hubungan antara diabetes dan Alzheimer sebenarnya merupakan hal yang kompleks. Penyakit Alzheimer pada penderita diabetes kemungkinan disebabkan oleh resistensi hormon insulin dan tingginya kadar gula dalam darah sehingga menyebabkan kerusakan dalam tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel otak. Kematian sel-sel otak tersebut disebabkan otak tidak memperoleh glukosa yang cukup. Padahal otak adalah organ vital tubuh yang paling banyak memerlukan gula darah (glukosa). Sementara itu, otak sangat bergantung pada hormon insulin untuk dapat menyerap glukosa. Saat otak tidak memiliki cukup insulin, asupan glukosa ke otak akan berkurang. Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan sel otak yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu munculnya Alzheimer. Meskipun demikian, terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa Alzheimer bisa saja terjadi dengan sendirinya tanpa mengikut penyakit diabetes. Namun, keduanya dipicu oleh faktor risiko yang serupa, yaitu pola konsumsi tinggi karbohidrat dan glukosa. Terlebih lagi pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 tidak mempengaruhi kadar insulin otak sehingga tidak memiliki dampak positif terhadap penanganan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme kondisi diabetes memicu terjadinya Alzheimer

4. Diabetes gestasional

                Adalah jenis diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Tipe diabetes ini terjadi selama kehamilan bisa menyerang ibu hamil, walau tidak memiliki riwayat diabetes. Menurut American Pregnancy Association, klasifikasi diabetes ini muncul karena plasenta ibu hamil akan terus menghasilkan sebuah hormon khusus. Nah, hormon inilah yang menghambat insulin bekerja dengan efektif. Akibatnya, kadar gula darah Anda pun menjadi tidak stabil selama kehamilan. Sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami diabetes jenis ini karena seringnya diabetes gestasional tidak memunculkan gejala dan tanda yang spesifik. Kabar baiknya, kebanyakan wanita yang mengalami jenis diabetes ini akan sembuh selepas melahirkan. Agar tidak menimbulkan komplikasi, ibu hamil yang mengalami tipe diabetes melitus ini perlu mengecek kesehatan dan kehamilannya pada dokter secara rutin. Selain itu, gaya hidup juga perlu diubah jadi lebih sehat. Wanita yang hamil di usia 30 tahun, memiliki berat badan berlebih, pernah mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth), atau punya riwayat penyakit hipertensi dan PCOS, berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional

 

Faktor-faktor yang Menyebabkan Risiko Diabetes :

1. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor resiko diabetes adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas.

2. Aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko diabetes mellitus. latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan mutu pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa. (Awad, 2013).

3. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 45-60 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pankreas dalam memproduksi insulin.

                Orang yang mengidap penyakit diabetes melitus lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (Neuropati) sehingga membuat penderita tidak menyadari dan sering mengabaikan luka yang terjadi.

             Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup (Pratita, 2012). Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada penderita itu sendiri (Pratita, 2012). Hal ini dapat dilakukan penderita dengan cara mematuhi peraturan pengobatan. Sedangkan pengobatan yang bersifat non farmakologis berupa menjalankan gaya hidup sehat seperti: mengkonsumsi makanan bergizi dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak serta istirahat yang cukup yang dilanjutkan dengan olahraga teratur.


Pengobatan Secara Farmakologi :

1. Salah satu oral anti diabetik yang baru adalah obat golongan sodium glucose cotransporter 2 inhibitor (SGLT-2 inhibitor). SGLT- 2 inhibitor bekerja dengan menghambat reabsorpsi glukosa dan memfasilitasi ekskresi melalui urin dengan menghambat sodium-glukose cotransporter-2 dalam tubulus proksimal, yang menghasilkan penurunan gula darah (Paresh and Chaudhuri, 2017).

2. Metformin bekerja dengan cara menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin karena adanya aktivasi kinse di sel (AMP-activated protein kinase).

3. Acarbose bekerja dengan cara menghambat enzim α-glikosidase sehingga memperlambat absopsi karbohidrat dan mencegah peningkatan glukosa di jaringan tubuh.

4. Kombinasi lain yang umum diberikan adalah kombinasi dafagliflozin dan glimerpirid. Menurut penelitian Kalra et al., (2018) dan Fulcher et al., (2015) menyatakan bahwa SGLT-2 Inhibitor dan sulfonilurea dapat dikombinasikan karena mekanisme kerja kedua obat tersebut berbeda. Glimepirid bekerja dengann merangsang sekresi insulin di sel beta pangkreas dengan menutup kanal K ATP yang ada di membran sel-sel beta pangkreas sehingga terjadi depolarisasi. Depolarasi menyebabkan terbukanya Ca Channel sehingga terjadi kenaikan kadar Ca dalam intrasel yang menyebabkan peningkatan sekresi insulin sehingga memberikan efek merangsang untuk meningkatkan sekresi insulin (Ikawati, Z 2015).



Dukung Blog Ini : https://sociabuzz.com/dzaf19/donate

Komentar

Postingan Populer